KEDIRI
(rayonpmiialkindy.blogspot.com) 21 Desember 2016 perpustakaan STAIN Kediri ramai dikunjungi oleh Mahasiswa, ramai bukan
untuk aktivitas meminjam ataupun membaca buku tetapi untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
Diskusi Publik TAN MALAKA PATRIOT YANG HILANG DAN KEMBALI. Perpustakaan tampil berbeda dari biasanya, ruangan dipenuhi kursi-kursi bahkan di luar perpustakaan juga disediakan kursi-kursi dan LCD agar mahasiswa yang tidak dapat masuk dapat berkesempatan menyaksikan diskusi. Diskusi yang dihadiri oleh ratusan orang dari
kalangan Mahasiswa, pegawai pemerintahan, ormas, dan masyarakat luas serta jajaran Bank Indonesia, kepala pariwisata dan ibu camat bahkan rektor Stain Kediri Bapak Nur Hamid juga menghadiri diskusi yang di
moderatori oleh bapak Taufik Al Amin dengan narasumber yang jauh-jauh datang
dari Sumatera Barat ke Kota Kediri. Mereka adalah keluarga Tan Malaka yang sama-sama
berdarah minang diantaranya Bapak Ferizal Ridwan (Wakil Bupati Lima Puluh
Kota), Habib Datuk Monti ( Tan Malaka Institute), keluarga ahli waris Tan
Malaka dan juga ada bapak Eko Setiyono (Kadinsos Kabupaten Kediri). Sebelum pelaksanaan
diskusi, mereka terlebih dahulu berziarah ke makam Tan Malaka.
![]() |
Diskusi berlangsung sangat interaktif *Sufiyana* |
Siapa yan tidak mengenal Ibrahim
Datuk Tan Malaka, baru-baru ini nama Tan Malaka sangat populer terutama dikalangan
sejarawan sejak ditemukannya makam Tan Malaka di desa Selopanggung, Kediri,
Jawa Timur. seorang pahlawan muslim
kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera barat 2 Juni 1987 yang telah memberikan jiwa dan raganya
untuk Indonesia. Pahlawan berdarah
minangkabau tersebut merupakan pembela kemerdekaan Indonesia yang sangat cerdas dan
agamis. Tan Malaka adalah sosok pemikir yang menjadi propaganda dalam
menyemangati pergerakan dalam memperjuangkan kemerdekaan, karena itulah Tan
Malaka juga menjadi musuh dunia. Keberadaannya selalu diintai oleh musuh,
tetapi kegesitannya selalu menyelamatkannya.
Tidak banyak yang tau kehidupan
masa kecil Tan Malaka. Tan Malaka hidup dalam lingkungan surau yang setiap
harinya diajari mengaji dan juga pencak silat, tidak heran jika pada usia 13
tahun Tan Malaka sudah hafal Al-Qur’an dan dapat menafsirkannya serta tangkas
dalam pencak silat. Selain itu karna kepintarannya pula Tan Malaka diangkat
menjadi pemangku adat. Tan Malaka benar-benar menjujung tinggi pepatah petitih
minangkabau “adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah, syarak
mangato adaik memakai” adat minangkabau bersendikan kepada ajaran syarak
(ajaran agama). Jadi orang mianang sudah tentulah orang islam.
Dalam pelaksanaan diskusi, Bapak
Ferizal sempat mengungkapkan rencana pemindahan makam Tan Malaka yang
diinginkan oleh keluarga ahli waris beserta masyarakat minang sesuai dengan
ketentuan adat minang yang mana seorang raja harus dimakamkan di tanah kelahirannya.
“ada banyak hal yang
melatarbelakangi keinginan keluarga dalam pemindahan makam, yang pertama prosesi
pemakaman yang sekarang ini belum sesuai dengan aturan islam, yang kedua prosesi
pemakaman bukan di daerah kekuasaan dan yang ketiga prosesi pemakaman banyak
perselisihan, tidak sesuai dengan adat yang berlaku. Banyak sekali yang
mendukung pemindahan makam Tan Malaka, dari pihak keluarga, tokoh-tokoh
masyarakat, Institute Tan Malaka dan pemerintah. Dan alhamdulillah untuk
pendanaan banyak sekali yang tergugah hatinya untuk menyumbang. Dan kami juga
tetap menjalin silaturahmi dengan kota kediri. Di Kediri Tan Malaka mengabdikan
sebagian hidupnya untuk berjuang, demi Indonesia” terangnya dengan jelas.
Foto bersama dengan keluarga minangkabau *Anwar* |
“rencananya 15 Januari 2017 akan
diadakan doa bersama dengan beberapa Pondok Pesantren, 21 Februari kita lakukan
penggalian makam dan 22 Februari langsung di bawa ke Sumatera Barat. Dan In
Shaa Allah 13 Februari 2017 bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun
kabupaten Lima Puluh Kota pemakaman Tan Malaka di tanah kelahirannya sudah
dilaksanakan”. Tambahnya lebih jelas.
Para audiences begitu terpukau dengan penjabaran
para narasumber, apalagi Bapak Taufik Al Amin membawakan acara dengan
bersahabat, semua mata sangat takjub dan termotivasi setelah mengetahui
kepribadian Tan Malaka, seorang pahlawan Nasional yang tunduk pada Kemerdekaan
dan tidak pernah tunduk pada negara-negara komunis, seorang pemikir yang cerdas
dan semangat.
Seorang Mahasiswa STAIN Kediri
Prodi Sosiologi Agama semester III Sahabat Mukhamad Rifa’i, menyatakan dirinya
menjadi lebih semangat dan menyukai sejarah setelah mengenal Tan Malaka.
“setelah ikut diskusi ini, saya
jadi lebih termotivasi oleh perjuangan Tan Malaka, pahlawan yang mementingkan
bangsanya, tidak egois. Jadi termotivasi untuk membaca buku-buku sejarah. Kita bisa
belajar dari perjuangan dan kepribadian para pahlawan” jelasnya dengan
mengembangkan senyum.
Kepribadian Tan Malaka memang
banyak memotivasi khususnya para mahasiswa, semangat berfikir Tan Malaka harus
terus dipelajari, seperti yang dikatakan Tan Malaka bahwa Idealisme adalah
kemewahan terakhir yang dimiliki pemuda. Dengan begitu mahasiswa harus menjunjung tinggi
idealisme. *Sufiyana* (21/12/2016)
Komentar
Posting Komentar