Globalisasi
telah menimbulkan dampak berupa perubahan sifat, sikap dan tindakan bagi
masyarakatnya. Perubahan tersebut lebih menonjol pada hal-hal negatif, terbukti
dengan adanya tindakan-tindakan kriminal yang tentunya meresahkan suatu bangsa.
Dengan kualitas kader yang seperti itu,
apa yang akan terjadi dengan Indonesia di masa depan? Banyak masyarakat
yang mengharapkan Indonesia lebih baik dan menjadi baik. Namun, kebanyakan seseorang terlalu sibuk
mengejar kesuksesannya dalam bidang intelektual untuk mendapatkan harta dan
kekuasaan, satu hal yang dilupakan adalah karakter, padahal karakterlah yang
akan menjadi pondasi dalam diri seseorang.
Dari
masalah tersebut, Mahasiswa harus berperan aktif sebagai kekuatan moral,
kontrol sosial dan agen perubahan dalam segala aspek pembagunan sosial. Tiga
aspek tersebut harus diwujudkan dalam
pribadi seorang Mahasiswa karena sebagaimana diketahui, mahasiswa adalah orang
yang harus mampu mengontrol dirinya sendiri, bukan seorang siswa yang harus
diatur-atur oleh dan segelintir aturan sekolah. Dan pertanyaannya,
bagaimana bisa mahasiswa berperan aktif
dalam 3 aspek tersebut? Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan 3 kata, Santri,
Mahasiswa dan Organisasi.
Pesantren
adalah tempat bagi para santri untuk belajar ilmu agama secara terkontrol,
karakter yang baik dapat diperoleh apabila hatinya tertata, pada dasarnya hati
sangat lembut dan bisa menjadi keras apabila tidak ditata dengan tepat. Di Pesantren,
tauhid merupakan hal utama yang ditanamkan dalam jiwa santri, sehingga santri
dapat belajar menata hatinya, bagaimana dia menjalankan ibadahnya kepada Allah
SWT. bagaimana bersikap kepada keluarga besar pesantren dan bagaimana menjaga
kebersihan lingkungan dimana ia tinggal. Sebagaimana diketahui, keluarga besar
pesantren meliputi pengasuh, pengurus, ustad dan ustadzah serta santri. Dari
subjek tersebut, seorang santri diajarkan sopan satun dalam berinteraksi satu
sama lain, dimana keseluruhannya saling membutuhkan sehingga muncullah jiwa peduli.
Agama sangat penting dan mutlak kebenarannya, ilmu tanpa agama akan buta dan
agama tanpa ilmu akan merugi. Dan bisa dikatakan santri yang sedang belajar di
pesantren adalah mereka yang sedang berjihad, berjihad dalam melawan hawa nafsunya agar istikomah
dalam tolabul ilmi, mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya, mendakwahkan
kepada orang yang belum mengetahui, dan bersabar dalam memikul beban dakwah
serta berusaha menghadapi rintangan-rintangan dalam dakwahnya.
Yang uniknya, saat ini tidak hanya anak sekolah saja yang menyandang status santri, tidak sedikit pula Mahasiswa yang nyantri di pondok pesantren seperti di Pulau Jawa. Mahasiswa harus kritis terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya, setiap perubahan akan mengubah keadaan, bisa dalam hal positif maupun negatif. Kemantapan hati yang sudah tertata selama di pesantren akan membuat mahasiswa bersifat, bersikap dan bertindak sebagaimana mestinya.
Yang uniknya, saat ini tidak hanya anak sekolah saja yang menyandang status santri, tidak sedikit pula Mahasiswa yang nyantri di pondok pesantren seperti di Pulau Jawa. Mahasiswa harus kritis terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di lingkungannya, setiap perubahan akan mengubah keadaan, bisa dalam hal positif maupun negatif. Kemantapan hati yang sudah tertata selama di pesantren akan membuat mahasiswa bersifat, bersikap dan bertindak sebagaimana mestinya.
Dan
yang lebih mengagumkan adalah seseorang yang nyantri di pondok pesantren, kuliah
di perguruan tinggi dan aktif mengikuti organisasi. Sebagian orang akan
mengeluh jika menyandang 3 status tersebut dalam waktu bersamaan, merasa tidak
mampu padahal belum mencoba, takut kuliahnya terganggu, waktu istirahatnya
berkurang, stress karena banyak aktivitas dll. Organisasi adalah jembatan
aspirasi, dengan organisasi mahasiswa bisa lebih dekat dan mudah dipercaya oleh
masyarakat, contohnya bersama PMII mengadakan bakti sosial di suatu daerah, di
daerah tersebut hal-hal yang telah dipelajari selama nyantri, kuliah dan
mengikuti organisasi dapat diaplikasikan kepada masyarakat, dan anggora PMII
tersebut juga bisa belajar kepada masyarakat, kegiatannya dapat berupa
penanaman pohon, mengaji, berkebun, gotong royong bahkan juga belajar bahasa
daerah. Hal-hal sederhana tersebut dapat menumbuhkan keharmonisan dalam
bermasyarakat dengan mengaplikasikan Nilai Dasar Pergerakan PMII.
Bakti
seorang Mahasiswa sangat dinantikan oleh masyarakat sebagai pencerah bangsa, dan
pondasinya adalah karakter, karakter akan menentukan bagaimana cara mengelola
diri, terutama dalam hal kepemimpinan. Pada dasarnya manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah, sebagaimana Surah Al-Baqarah ayat 30: Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat :
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Untuk menjadi khalifah dibutuhkan
ketakwaan, kecerdasan, kedewasaan dan keluwesan hubungan sosial, motivasi diri
dan dorongan berprestasi, sikap-sikap hubungan manusiawi serta keseimbangan
emosi. Hal-hal tersebut dapat diproses secara berkesinambungan dalam lingkungan
pesantren, lingkungan kampus dan lingkungan organisasi sehingga siap terjun ke
masyarakat, dengan semangat jiwa Santri, jiwa Mahasiswa dan jiwa Organisasi. Menjalani
proses tersebut harus memiliki kesabaran, sabar dalam waktu, sabar dalam tenaga
dan sabar dalam pikiran.
Hidup
yang ada nilainya adalah hidup yang ada perjuangannya, prinsip hidup harus
bekerja, semangat, punya cita-cita, punya mimpi dan semua muslim wajib menjaga
agama Allah SWT. Kader yang mujahid akan senantiasa berusaha menjalankan segala
perintah Allah SWT. dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. (Dipersembahkan sebagai syarat mengikuti Pelatihan Kader Dasar PMII Sunan Ampel Kediri 2016) *Sufiyana*
Komentar
Posting Komentar